Friday, November 30, 2012

Kaizen, Perbaikan Tanpa Henti. Sepenggal Pembelajaran dari Son Goku


Dragon Ball (termasuk sekuelnya Dragon Ball Z dan Dragon Ball GT) adalah sebuah manga (komik Jepang) karya Akira Toriyama. Manga ini terinspirasi oleh legenda Journey to the West atau lebih yang dikenal sebagai cerita Kera Sakti di Indonesia. Jepang dan China memang memiliki budaya yang hampir sama di beberapa sisi, termasuk cerita rakyat. Bedanya, nama si Raja Kera di Jepang tidak dilafalkan sebagai Sun Go Kong atau Sun Wukong, tapi Son Goku. Nama itulah yang kemudian juga dijadikan oleh Toriyama-sensei sebagai nama tokoh utama manga beliau.

Dragon Ball tidak bercerita tentang pencarian kitab suci ke Barat, malah yang dicari Goku dalam manga itu adalah tujuh buah bola naga. Jika disatukan, ketujuh bola naga akan memanggil dewa naga raksasa yang akan mengabulkan permintaan pemilik bola-bola tersebut. Namun seiring berjalannya waktu, fokus penceritaan tidak hanya terbatas pada usaha dan kesulitan Goku dalam mencari tujuh bola naga. Sepanjang perjalanannya, silih berganti, datang musuh-musuh yang menantangnya duel, sebut saja mulai Pasukan Pita Merah (Red Ribbon), Tao Pai Pai, Yamcha, Piccolo, Radith, Vegeta, Frieza, Cell, hingga Majin Boo. Sebagian ada yang kemudian berbalik arah dan menjadi kawannya, namun ada juga yang tetap jadi musuh.

Yang mengagumkan dari Goku adalah ketika satu musuhnya dapat ia kalahkan, akan ada musuh baru yang lebih kuat dari itu, dan pada akhirnya Goku pun akan bisa mengalahkannya. Meskipun proses untuk menjadi lebih baik dan lebih kuat itu seringkali memaksa Goku berlatih jauh lebih keras daripada orang lain di sekitarnya. Apa yang dilakukan Goku sebetulnya sebuah cerminan dari budaya Kaizen yang dimiliki Nihonjin (orang-orang Jepang).

Kaizen (改善) adalah kata Jepang yang secara sederhana bisa diterjemahkan sebagai "perbaikan". Namun belakangan kata Kaizen identik dengan "perbaikan berkesinambungan", sebuah konsep yang awalnya dibentuk dan digunakan di beberapa sektor industri Jepang pasca kekalahan mereka di PD II. Kini, prinsip Kaizen sudah meluas hingga ke seluruh dunia dan tak terbatas digunakan pada bidang bisnis saja.

Pada intinya, Kaizen mengisyaratkan adanya perbaikan menyeluruh tanpa henti di segala aspek. Jika diterapkan di perusahaan, maka perbaikan itu harus ada dari tingkat paling atas (CEO) hingga Office Boy. Kaizen juga mensyaratkan adanya sebuah kelompok kecil di setiap lini yang bertugas mengevaluasi hasil kerja selama ini dan mencari peningkatan apa yang bisa dibuat.

Secara umum, Kaizen memiliki beberapa langkah:

  1. Tentukan standarisasi untuk sebuah kegiatan dan operasi.
  2. Ukur hasil yang didapat dari proses yang sudah distandarisasikan tersebut, baik dari sisi waktu maupun produktivitas.
  3. Bandingkan dan hadapkan hasil pengukuran di proses kedua dengan kebutuhan real.
  4. Berinovasi untuk memenuhi kebutuhan real yang saat ini dihadapi.
  5. Buat standarisasi baru dari proses yang sudah ditingkatkan (new and improved)
  6. Lanjutkan siklus baru.
Oh ya, siklus Kaizen ini juga bagus kok diterapkan buat manajemen pribadi. Jadi, nggak cuma buat pengusaha aja bisa diterapkan, Bahkan pelajar sekolah juga bisa kok. Misal, menentukan kriteria minimum yang harus dicapai di satu hari, seperti bangun pukul 04.00, shalat subuh berjamaah, dll. Intinya bagaimana membuat SOP untuk diri sendiri, dan terus meningkatkan kualitas dan kuantitasnya.

Yuk, sama-sama terus memperbaiki diri. :) [AP/SmartStudents]

===================================================================
Butuh les privat untuk SD, SMP, dan SMA Nasional dan Internasional di Jakarta dan sekitarnya ? Hubungi kami, LPP Smart Students di 08-777-1313-984 (SMS Center) atau 021 8340-1934 (Call Center)



0 comments:

Post a Comment