Cerita berlanjut ke tiga hari kemudian, Fulan sedang berada di atas motornya. Di siang hari yang panas, ia ingin menghilangkan hausnya dengan membeli segelas air mineral dingin. Nyesss... begitu nikmat rasanya ketika tetes demi tetes air dingin tersebut membasahi kerongkongannya. Belum habis ia minum, ada SMS masuk di ponselnya. Ternyata ia diminta mengantarkan buku milik temannya yang ia pinjam kepada yang punya. Buku yang sangat penting, karena akan dipakai dalam jangka waktu sekitar setengah jam lagi, sedang si pemilik berkas berada di lokasi yang cukup jauh. Haus masih terasa, tapi Fulan tahu, ada amanah yang masih harus dilaksanakan. Merasa sayang membuang air minum yang ia beli, ia menaruh begitu saja gelas plastik berisi air itu di leher motor bebeknya. Kebetulan motor Fulan adalah motor bebek 110 cc yang memakai transmisi, dalam artian bukan motor matic. Di motor matic biasanya ada tempat khusus untuk menaruh gelas atau botol air minum, tapi tidak di motor milik Fulan. Lalu, ia langsung menyalakan motornya untuk mengantarkan buku tersebut pada kawannya. Beberapa belas kilometer kemudian, setelah berhenti, Fulan kaget karena gelas air yang ia taruh sekenanya di leher motor bebeknya ternyata masih ada, dan airnya pun masih ada sekitar separuh. Memang ia tak pernah mengebut hingga menembus angka kecepatan fantastis, tapi tetap saja ia takjub akan gelas plastik itu. Lalu, ia habiskan sisa airnya dan membuang gelas plastiknya ke tempat sampah.
Sahabatku yang baik, apa pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah Fulan? Ya, bahwa rezeki itu sepenuhnya urusan Allah, bukan manusia. Di gelas air yang pertama (di warung nasi) sungguhpun gelas itu ada di depan matanya, dalam jangkauan tangannya, namun karena Allah berkehendak segelas air itu bukan bagian rezeki-Nya kepada Fulan hari itu, maka tak masuk air itu ke kerongkongannya. Di gelas kedua, Allah tetapkan rezeki itu bagi Fulan, sehingga jadilah air itu ia minum, sungguhpun ia sendiri tak yakin. Seperti yang pernah dicontohkan Imam Hasan al-Bashri, beliau berkata, "Aku tahu rezekiku tidak akan diambil orang lain. Karena itulah qalbuku selalu tenang. Aku tahu amal perbuatanku tidak akan dapat ditunaikan orang lain. Karena itulah aku sibuk mengerjakannya. Aku tahu Allah selalu mengawasiku, karena itulah aku selalu merasa malu bila Dia melihatku dalam keadaan maksiat. Dan aku tahu kematian itu sudah menungguku, karena itulah aku selalu menambah bekal untuk hari pertemuanku dengan Allah Azza wa Jalla."
Sahabat, mari kita berhenti khawatir bahwa kita tak punya rezeki. Sesungguhnya Rabb yang menciptakan kita tak mungkin meninggalkan kita begitu saja. Karena Ia Mahabenar dan Maha Menepati Janji. [AP/SmartStudents]
===================================================================
Butuh les privat untuk SD, SMP, dan SMA Nasional dan Internasional di Jakarta dan sekitarnya ? Hubungi kami, LPP Smart Students di 08-777-1313-984 (SMS Center) atau 021 8340-1934 (Call Center)
0 comments:
Post a Comment