Monday, October 22, 2012

Ekspektasi dan Kesungguhan Ikhtiar Kita


Sahabat, dalam hidup, ada kalanya orang-orang di sekitar kita, entah orangtua, anak, isteri, sahabat, atau yang lainnya memiliki harapan yang besar pada diri kita. Contoh, "Nak, kamu nanti kalau sudah besar jadi dokter ya, biar Mama dan Papa bangga sama kamu." Atau, "Bi, Abi... si Jundi butuh uang pangkal buat masuk SMP. Sekarang dia sudah kelas 6. Beberapa bulan lagi, dia sudah lulus SD." Contoh yang lain pasti sahabat pembaca sudah tahu, dan bahkan mengalami sendiri. Orang-orang yang kita cintai, menaruh harapannya pada kita, sebagaimana mungkin sebaliknya kita juga menaruh harapan-harapan besar pada mereka.

Ada kalanya, ekspektasi-ekspektasi tersebut menjadi pelecut semangat kita. Sebab kita sadar, bukan hanya impian kita yang sedang kita perjuangkan hari ini, tapi juga mimpi-mimpi dari orang-orang yang kita cintai dan juga mencintai kita. Namun ada kalanya, ekspektasi besar mereka malah menjadi beban bagi kita. Sungguhpun kita sadar, sepenuh-penuhnya, bahwa cinta adalah kata kerja dan tak hanya berhenti menjadi sebuah kata benda.

Sahabat, hidup pada intinya bukanlah tentang bagaimana kita memenuhi ekspektasi-ekspektasi orang lain tentang kita. Sebab bukan untuk itu kita diciptakan. Hidup juga bukan tentang kita menggantungkan harapan-harapan pada orang lain. Mereka yang menghabiskan waktu mengkhawatirkan persepsi orang lain dan berharap pada makhluk akan mati dalam keadaan sakit hati. Sebab, bagaimanapun kita adalah manusia biasa yang punya aneka kekurangan. Ya, saya, dan juga Anda. Kita harus sadar, bahwa kekuasaan Allah jauh melampaui ikhtiar manusiawi kita. Dan Dia berbuat apa yang Dia kehendaki.

Lantas, apakah kita harus menghentikan usaha-usaha kita hari ini? Tidak, tidak seperti itu. Hanya saja kita harus sadar. Bahwa kita melakukan dan memberikan apa-apa yang terbaik dari diri kita bukan lantaran manusia, bukan lantaran orang-orang terkasih kita mengharapkan kita berlaku begitu. Kalau ingin memberi ikhtiar 100%, berikanlah 100%, karena berikhtiar sebaik mungkin sebetulnya bagian dari ihsan. Kita berlaku yang terbaik karena mengharap keridhaan Allah. Biarlah Allah yang menilai. Karena seringkali manusia hanya bisa menilai dari hasil yang bisa mereka lihat. Kalaulah ikhtiar hanya dilihat dari hasil, bukankah Nabi Nuh a.s. bisa dibilang tak berhasil secara statistik? Setelah berdakwah 950 tahun, pengikut beliau hanya segelintir.Namun, Allah malah menggelari beliau sebagai salah satu 'Ulul Azmi. Itulah Mahateliti Allah dalam memberi balasan.

Tak menggantungkan harapan pada manusia, juga akan mencegah kita dari patah hati ketika harapan-harapan itu tak terwujud. Entah karena keterbatasan manusiawi mereka, yang tadi sudah kita bicarakan, atau   lainnya. Sahabat, mulai saat ini.... Jadikan keridhaan Allah benchmark bagi segala yang kita lakukan. [SmartStudents/AP]

===================================================================
Butuh les privat untuk SD, SMP, dan SMA Nasional dan Internasional di Jakarta dan sekitarnya ? Hubungi kami, LPP Smart Students di 08-777-1313-984 (SMS Center) atau 021 8340-1934 (Call Center)

0 comments:

Post a Comment