Beberapa waktu lalu, seorang guru yang biasa mengajar di rumah siswa menuturkan tentang perilaku seorang anak didiknya ketika ia berada di rumahnya untuk mengajar. Guru ini menceritakan pengalamannya ketika ia berada di rumah siswanya kemudian tanpa disengaja ia melihat siswanya, Fandi (bukan nama asli), sedang membentak pembantunya yang perempuan ketika pembantunya tersebut hendak menasehatinya. Bahkan, tanpa ada sikap sopan, Fandi juga membanting pintu kamarnya setelah selesai membentak pembantunya tadi. Bukan hanya itu, seorang guru lain yang kebetulan mengajar Fandi di rumahnya pernah memergokinya berbohong melalui telepon kepada ibunya yang mengatakan bahwa ia sedang berada di rumah neneknya, padahal waktu itu Fandi sedang berada di rumahnya dan asyik bermain gitar bersama kawan-kawannya.
Memang, kedua orang tua Fandi termasuk orang yang super sibuk dan terlihat jarang dirumah karena bisnis dan pekerjaannya. Sudah barang tentu, orang tua Fandi pun tergolong orang yang kaya dari sisi harta. Namun pasti, kita akan miris ketika mendengar penuturan guru Fandi yang menceritakan kelakuan dan sifat tidak baik Fandi di rumah.
Adalah hal yang lumrah jika setiap orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya, terlebih dalam hal pendidikan. Adalah hal yang wajar juga, bagi orang tua yang berkecukupan harta, ia akan berani membayar berapa pun yang penting anaknya berhasil dalam pendidikannya.
Namun, penting juga untuk disadari oleh para orang tua bahwa harta melimpah tidak menjamin kesuksesan anaknya dalam hal pendidikan. Terlebih, jika orang tua jarang ‘bersentuhan’ langsung dengan anaknya sendiri. Pasalnya, rumah sejatinya adalah tempat berlangsungnya pendidikan yang pertama kali dilakukan. Dan sudah barang tentu, orang tualah yang memegang peranan utama dalam hal pendidikan anaknya. Lingkungan keluarga juga bisa dikatakan yang utama, karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga. Tugas utama dari keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.
Dalam kasus Fandi diatas, boleh jadi kelakukan dan sifat kurang baiknya berasal dari lingkungan keluarga yang tidak mendukung dikarenakan orang tuanya yang jarang ‘menyentuh’nya. Ya, mungkin ini bukanlah satu-satunya penyebab, karena bisa jadi ada beberapa factor lain yang menjadikannya berperilaku kurang baik. Tapi paling tidak, ini bisa menjadi gambaran bahwa kurangnya perhatian orang tua akan berdampak negatif bagi pendidikan kepribadain anaknya. Alhasil, orang tua boleh jadi KAYA HARTA, namun anak MISKIN BUDI. Wallahu a’lam. [MI/Smart Students]
0 comments:
Post a Comment